Senja menikamku diam-diam. Dari balik keindahan, dia jebloskanku ke dalam sepinya malam. Temaram lampu di ujung gang kecil ini memaksaku menatapi kaki yang bertolak dengan pasti.
Dengar, menelanjangi punggungmu yang perlahan menjauh adalah satu dari beberapa detil hidup yang melemahkan aku. Kau, pada ayunan langkah mana kau akan berhenti sejenak untuk menoleh ke arahku yang selalu tertunduk terpaku menginginkanmu?
Maaf, maafkan kelancanganku yang terlanjur berharap tentang kamu. Hingga kini aku tak tahu, seberapa lama aku mampu diam tanpa kau tahu apa yang ada di dalam hatiku. Sikapmu buatku meragu, meragu tentang arti hadirku bagi duniamu.
Aku tak takut kehilangan. Aku tak takut kesepian. Yang aku takutkan adalah arti dari ketiadaanmu nanti. Ketika kau tak dapat lagi kutemui, ketika kau telah memiliki hidup tanpa aku yang ketakutan tanpa arti.
Entah pada tetes tangis mana kau sudi usapkan jemarimu di bawah mataku. Entah pada sesak rindu mana kau rela tenangkan aku. Kau, pada sinar bulan mana kau mau memelukku untuk katakan 'aku juga menginginkanmu' ? Atau selamanya sajak ini hanya tentang aku yang gagal rindu? Mungkin memang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar