Budayakan apresiasi karya, Budayakan hargai hak cipta, Kalau mau gaya Jangan bajak karya saya. Selalu cantumkan nama penulis asli dan sumber dalam Copy - Paste anda :)

Jumat, 02 Agustus 2013

Saling Sendiri





Aku dan kamu sendiri, di dalam hati sendiri
Saling kesepian, saling merindukan
Saling membutuhkan, tapi nihil kejelasan
Saling mengerti, juga saling menepi

Kau sendiri dalam hatimu
Aku sendiri dalam hatiku
Kita berdua takkan hidup bersama

Kita saling sendiri, di relung hati sendiri
Saling kesepian, saling merindukan
Saling membutuhkan, tapi nihil kejelasan
Saling mengerti, juga saling menepi

Kau sendiri dalam hatimu
Aku sendiri dalam hatiku
Kita berdua takkan hidup bersama

Terus harus saling sendiri
Membunuh rindu sendiri
Terus harus saling sendiri
Mengubur cinta sendiri

Kepercayaanku Atau Ketololanku?





Begitu manis, sabit menemaniku menyesap rindu, menghabiskan sepertiga malam ini. Bersentuh langsung dengan bumi, terpayungi atap semesta bertaburkan bintang. Kucoba untuk menatapnya, mencoba membaca makna dari senyumnya. Dadaku menghangat, desiran darahku semakin cepat. Kurasakan hadirmu disini, aku merasakanmu begitu dekat, sedekat hati kita. Senyumnya seutuh senyummu, sinarnya sehangat pelukanmu. Mungkinkah kau juga sedang bersamanya? 

Aku percaya, masih dan selalu masih ada intuisi diantara kita. Seperti purnama dan pasang laut, seperti umbra dan penumbra, seperti... seperti bumi dan matahari. Meski jarak tak jua lelah memisah aku dan kamu, memisah kita. Waktu memberikan ruang yang terlalu terbuka untuk kita saling merindu, karena takdir memberikan celah yang cukup untuk kita saling mencinta. 

Entah bagaimana hatiku begitu yakin pada hatimu, pada caramu menyayangiku. Aku merasa kau menyayangiku sebagai aku menyayangimu. Bagimu, bagiku, bagi kita menyayangi tidak harus melalui apa yang terucap. Caramu menatapku, senyummu, pelukanmu yang meniadakan semua ketakutanku.

Akankah waktu sudi membiarkan pelukan kita saling berjumpa(lagi)? Maukah Tuhan memberikan kesempatan untuk pelukan malam itu menyapa deru nafas aku dan kamu? Malam itu malam yang selalu kurindu. Aku percaya, semua ada masanya. Akan indah tepat pada waktunya. Peluk itu menenangkanku, memberikan nafas baru dalam hidupku. 

Aku percaya dan siap menerima segalanya. Jika kepercayaanku harus dibayar dengan lukapun, degan tangispun. Jika semua adalah kesalahanku dalam menafsirkan, jika semua hanya nyata dalam anganku, tak apa. Jika kepercayaanku adalah kebodohanku dalam anganku sendiri, ketololanku yang selalu merindumu. Tak apa, ini mauku, ini inginku.