Semua ada
masanya, semua akan tiba masanya.
Ada masanya
aku merasakan hidup yang sederhana, tanpa perasaan yang membahagiakan, juga
tanpa perasaan yang menyakitkan. Masa dimana aku berjalan sendiri, dan selalu
kuat menapak persoalan di atas kakiku sendiri. Hanya aku dan Tuhanku.
Ada masanya
aku merasakan hidup yang mulai tak lagi sederhana, dengan perasaan yang membahagiakan,
juga dengan perasaan yang menyakitkan. Masa dimana aku berjalan mengikuti
jejakmu, dan terasa sulit menapak jejak tanpamu.
Masa itu datang
setelah kedatanganmu dalam hidupku, aku merasa tak lagi kosong, tak lagi merasa
hampa. Kucoba menikmati masa-masa itu, selama mungkin, selama yang kau mau dan mampu,
selama yang ada di harapku. Masa dimana waktu terasa beku bila kita saling
membisu rindu.
Setiap masa
memiliki cara untuk menyampaikan rasa, setiap masa memiliki rasa yang berbeda.
Hingga
nanti tiba masa yang tak pernah kuinginkan, masa yang akan membiarkan aku
tertatih tanpamu. Masa kepergianmu. Masa yang memisahkan kini, dan masa lalu.
Masa yang menjembatani kini dan masa yang akan datang.
Masa untuk
kau pergi, dan mungkin takkan pernah kembali lagi. Masa untuk kakimu
menjarakkan peluk kita, pelukkan kita. Masa itu, mungkin menjadikanku tak
berarti lagi di matamu. Masa itu, akan menjaga tempatmu disini, di hatiku.
Pergilah,
segera kembali.
Selamat jalan,
sayang.