Budayakan apresiasi karya, Budayakan hargai hak cipta, Kalau mau gaya Jangan bajak karya saya. Selalu cantumkan nama penulis asli dan sumber dalam Copy - Paste anda :)

Rabu, 25 Juni 2014

Segigit Kekecewaan atas Gigitan Luis

Sebelum pertandingan hidup mati perebutan satu tiket babak perdelapan final piala dunia 2014 antara Italia versus Uruguay dimulai, tentu setiap pendukung masing-masing negara sudah bersiap untuk melihat hasil terburuk. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa keduanya adalah negara mantan juara dunia yang akan saling 'bunuh' di atas lapangan. Italia diuntungan dengan selisih gol yang lebih baik, sedangkan Uruguay diuntungkan dengan kondisi cuaca saat pertandingan dilangsungkan.

Pada akhirnya Italia kalah 0-1 dari Uruguay, dan sudi tidak sudi mereka harus pulang. Menyakitkan, memang. Kemenangan Uruguay pun ternyata tak lantas dirayakan publik sepak bola dunia, mengapa? Memalukan, tanpa gol Luis Suarez justru kembali menunjukkan kualitas lain di dalam dirinya, membuat kontroversi di atas lapangan. Luis memberi Giorgio Chiellini sebuah gigitan. Miris, Luis.

Apapun sebab dan alasannya, tentu gigitan bukan bagian dari lapangan sepak bola bukan? Kecuali mungkin setelah FIFA membiarkan salah satu pemain bintangnya bertahan di atas lapangan dengan kebebasan. Jika Luis Suarez bermain di perdelapan final, jelas sudah apa yang ingin FIFA tunjukkan, keadilan dan sportifitas semu.

Pembelaan terhadap Luis hanya dilakukan oleh mereka yang menutupi bahwa Italia dipulangkan oleh wasit asal Meksiko, Marco Rodriguez. Italia tidak dikirim pulang oleh gol tunggal Diego Godin, lebih-lebih dipulangkan Uruguay, sama sekali bukan.

Lihat saja jalannya pertandingan yang berubah setelah Rodriguez mengusir langsung Marchisio karena melanggar Egidio Arevalo Rios. Bermain dengan 10 orang melawan Uruguay jelas tidak mudah, tapi yang lebih mengesalkan adalah ketika Marco Rodriguez bergeming meski telah melihat bekas gigitan Luis pada bahu Chiellini.

Rasa hormat saya kepada Luis benar-benar terkikis. Kekecewaan saya tidak jatuh pada permainan Italia, melainkan pada kepemimpinan wasit Marco Rodriguez juga sikap Luis tentunya. Kepuasan saya pun tidak akan muncul jika FIFA melarang Luis Suarez bermain sepanjang sisa gelaran piala dunia, tapi akan semakin memuakkan jika Luis tetap bermain di gelaran piala dunia tahun ini.

Senin, 16 Juni 2014

Demi Januari


Ketika logika bicara tentang hitungan sebab akibat, hati hanya bicara tentang rasa yang terlanjur tertambat. Kau, apa kau ingin aku anggap semua palsu dan tak pernah berlalu? Apa kau juga tak sudi ijinkan perpisahan berpeluk haru? Mengapa semua harus selesai seolah cerita antara kamu dan aku tak pernah diramu?

Sepersekian detik aku ingin nafas ini berhenti, agar aku tak sadari bahwa aku pernah meratapi tinta sepi goresanmu ini. Ada bekas yang rasanya sulit diranggas. Rasa ini mungkin akan teranyam waktu sebagai mimpi yang keras-keras dibenturkan batas.

Demi hujan manis yang selalu turun tepat di antara dua tahun dalam satu waktu, aku masih melihat kamu yang pernah inginkan aku. Demi matahari yang merangkak manja di pagi hari, aku harus menutup mata melihatmu yang bertolak tanpa permisi. Dan demi Januari yang mengawali perputaran bumi kepada matahari, keinginanku atas kamu harus kuakhiri.