Budayakan apresiasi karya, Budayakan hargai hak cipta, Kalau mau gaya Jangan bajak karya saya. Selalu cantumkan nama penulis asli dan sumber dalam Copy - Paste anda :)

Selasa, 01 Juli 2014

Pementasan Perasaan

Dua puluh empat bulan terasa sangat singkat. Kedekatan kita yang telah dipentaskan kini mungkin tinggal kenangan, bagiku. Iya, hanya bagiku, karena kamu tak akan punya cukup waktu untuk bermain di pentas ini untuk memberiku perhatian lagi bukan? Bagimu nengenang kebersamaan kita akan jadi adegan yang paling sia-sia, tentu. Kau telah kembali kepadanya dan perlakukan aku seolah seorang lain yang ditatap asing.

Jangan ingat aku. Kumohon. Tapi lihat apa yang kini ada di wajahku. Titik-titik mutiara cair yg mengalir dari mataku berhulu pada kamu, caramu memperlakukan aku; dulu.

Sayang, masihkah ada babak drama yang ingin kau jalani di atas pentas ini? Pentas perasaan ini semakin membuat aku muak pada diriku sendiri. Entah ribu atau jutaan caci yang telah kuberi pada kesalahan adegan yang tak berujung ini; mencintai kamu.

Drama kita yang sebenarnya sungguh belum usai, sayang. Masih ada percak tanya yang menganga; mengapa dulu kau hadirkan bahagia di sini jika kini kau pergi? Diam? Jawab! Oh, tidak. Kini aku bukan siapa-siapa lagi.  Baiklah, aku mengerti kau takkan pernah kembali.

Aku mendengar denting piano yang mengantar kepergianmu. Aku mendengar petikan gitar yang mengenyuh detak hati mereka dan aku. Juga kudengar alunan dari dawai biola yang tergesek dengan keras hatimu itu.

Biar pementasan ini selesai tanpa ada bagian peranmu lagi. Biar pencahayaan di pentas ini meredup, bersamaan dengan hati yang belajar untuk berhenti berdegup.