Bertahun-tahun lalu saya pernah
memeluk orang yang memang saya inginkan. Saya tidak sendirian, dia juga memeluk
saya atas keinginannya sendiri, iya, kami berpelukan karena kami saling
menginginkan. Saya mencintainya, cinta pertama saya. Cinta hadir di antara
kami. Cinta jatuh dari dahannya ke permukaan bumi. Kemudian air menemaninya bertumbuh
seiring dengan sinaran mentari. Sorot matanya begitu tajam, namun itulah yang
paling saya rindukan. Dia, dia yang saya inginkan.
Bencana datang menggugurkan
daun-daun harapan yang kami jaga bersama. Dahan-dahan kerinduan bertindihan
menyesakkan rongga dada kami. Namun semesta berkehendak lain, saya harus
merelakan pohon cinta kami tumbang. Di permukaan
cinta kami tak lagi kelihatan, namun sesungguhnya rasa itu masih mengakar
hingga jauh ke dalam.
Purnama silih berganti dan saya
masih sendiri. Perlahan namun pasti saya belajar hingga ada jiwa lain yang saya
cintai, sungguh. Satu, dua, beberapa jiwa telah saya temukan dan mereka membuat
saya mencinta. Tapi saya hanya cinta sendiri, mereka tak benar inginkan saya. Di
kerumunan manusia-manusia gila yang mempermainkan cinta saya masih mencari
kewarasan logika dan rasa. Semua yang pernah terluka ingin menganggap luka itu
tak pernah ada, namun pada kenyataannya?
Kini bila saya lelah melangkah
siapa yang dnegan kasihnya memeluk saya? Saya kira adakah dari mereka yang kini
telah meninggalkan saya. Ingin saya, ‘dia’ yang ini berbeda… begitulah
setidaknya ingin saya dan benar-benar HANYA ingin saya. Setiap pertanyaan itu
kembali, logika saya berkata “ini bukan yang pertama bukan?”
Pada akhirnya jengahpun
menghampiri saya, yang tersisa hanya tanya “kapan ada ‘dia’ yang saya ingingkan
menginginkan saya sebagaimana saya menginginkan ‘dia’?” Mampukah saya
mendahului kematian menemukannya? Mampukah dia mendahului kematian menemukan
saya? Atau kematian yang justru lebih cepat menemukan kami?
Sampai kapan kami harus
bersembunyi dari kematian untuk dapat saling menemukan? Adilkah jika kami
ditakdirkan saling menginginkan namun sekalipun tidak dipertemukan? Saya hanya
butuh sebuah pelukan dari seorang yang saya inginkan sebelum saya ditemui oleh
kematian.