Seorang gadis tampak sibuk menyisir rambut panjangnya
di depan cermin toilet sekolah.
Memerhatikan gambaran dirinya di cermin sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan sahabatnya. Dini, yang tak datang ke sekolah karena
memenuhi panggilan kelurahan untuk pembuatan E-KTP.
“Repot banget ya yang
udah 17 tahun, baru naik ke kelas sebelas aja udah buat KTP. Untung gue baru
tahun depan bikinnya.”
“Bete sih, biasa ngaca
berdua sekarang sendirian. Huuhhh” gumam
Maya sambil tetap menyisir rambutnya.
Sampai sisiran
terakhirnya Maya tak memerhatikan sekelilingnya, sejak tadi dia diperhatikan
oleh kakak kelas yang dikenal laris manis dikejar kaum adam sekolahnya. Mulai dari petugas keamanan sampai
cowok-cowok populer disekolah rajin menggodanya. Tak berbeda jauh
dengan Maya, hanya saja Kharisna memiliki pacar dan Maya tidak.
“Ehem !” Kharisna
mencoba menyadarkan Maya.
Cukup keras sampai
membuat Maya sontak langsung menatapnya dibalik cermin
“Eh, Kak Risna ngagetin aja. Hehehe....” ucap Maya sambil cengengesan. “Maya kira
siapa.”
“ May, May.... ckck” Kharisna berkacak pinggang. “Kamu nih ya rajin banget deh nyisir
lama-lama. Dini mana ? biasanya berdua?”
“Iya tuh ka, rempong
dia. Pergi ke kelurahan urus KTP”
“Hmmmm, May. Aku mau
tanya sedikit boleh?”
“Mau tanya apa kak?
Tanyain aja”
“Kamu kenapa sih betah
banget jomblo? Kamu nggak
ngerasa sepi gitu May?”
“Yee kakak. Maya kira
mau tanya apa. Hmm...,
Maya mau fokus belajar aja,
Kak.
Biar nanti bisa masuk PTN favorit.”
“Tapi kamu butuh juga loh, May ,cowo yang bisa jadi motivasi kamu buat
belajar.” Bisik Kharisna
dengan suara tipis, seakan-akan ia sedang membicarakan rahasia paling
menegangkan di dunia. “Kamu boleh aja betah sendiri, tapi
perasaan kamu butuh seseorang. Percaya deh sama kakak.”
Mendengar perkataan yang sedikit menyinggungnya, Maya langsung cemberut sejadi-jadinya. Bel sudah berbunyi pertanda
istirahat makan siang selesai. Maya merapikan sebentar rambutnya dan bergegas menuju kelas sambil
mengutuk kejahilan kakak kelasnya tadi.
***
Bukk!
Tas biru itu dilempar
ke lantai. Maya baru pulang sekolah dan bermalas-malasan seperti biasa tanpa melepas seragam
putih abu-abunya. Ia merebahkan
diri di kasur, kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Matanya langsung menatap tajam ke arah layar ponsel,
memeriksa beranda facebook.
“Huhhh, masih dan
selalu aja begini. Fix banget deh emang, nasib jomblo!” keluhnya dengan mulut manyun. “Inbox sepi, notif sepi, mention
apalagi. Apa sih yang salah? Apa sih yang kurang? Gue
kan cantik, pinter, banyak temen pula. Beteeeeeeeeeeee!”
Mendengar
keluh kesah tersebut, Mama menyelinap di balik Pintu. “Kenapa
sih cantik? Heboh sendiri deh yaaa, mending ganti baju dulu, abis itu anterin
kue ke rumah tante Mona ya.”
“Ihh, mama ga ngertiin
banget sih. Males ah, biarin aja.”
jawab Maya kesal, ia masih memerhatikan beranda facebook-nya. ”Eh,
siapa nih? Ganteng, manis, tapi bukan anak sekolah gua deh kayaknya…Hmmmm”
Raga Yudha Pratama
begitu tulisan di-username
facebook-nya.
Maya mengutak-atik link tentang si
pengguna tersebut. Pria itu memberi like pada status facebook Maya. Senyumnya
mengembang, baru kali ini Maya merasa diperhatikan.
Maya menekan link wall, dan di sana ada status yang tertulis 30 menit
lalu
“Sudah
lama aku memerhatikanmu, aku tak mengerti, mungkin aku jatuh hati”
Wajah Maya memerah,
mama sudah memanggilnya untuk mengantar kue. Sepanjang perjalanan mengantar kue
Maya senyum-senyum sendiri, terbayang foto profile Raga yang mengusik hatinya.
***
Dirumah tante Mona Maya
menyempatkan diri minum teh, menemani tante Mona menghabiskan waktu sorenya di
halaman belakang. Tante Mona berbicara panjang lebar membahas politik, ekonomi,
dan koruptor yang sedang merajalela di ‘negeri
melati’ ini. Sementara disisi lain halaman belakang
Kharisna sedang asik tertawa riang, bercanda dengan kekasihnya.
Lama-kelamaan
Tante Mona menyadari bahwa Maya hanya mengangguk dan senyum-senyum, tak banyak
mengerti apa yang ia bicarakan. Bahkan terlihat lebih memerhatikan sisi utara
halaman belakang tempat gazebo yang diduduki oleh kakak kelas yang tak lain
juga kakak sepupunya.
“Sssst! Jangan
ngintipin orang pacaran “ ledek tante Mona
“Apadeh tante, seru aja
Maya ngeliatnya. Hehehe.”
“May, ngomong-ngomong
kamu udah punya pacar belum?”
“Belum tante, Maya mau
fokus belajar aja. Biar masuk di PTN favorit.”
“Jaman tante SMA, tante
pacaran dan tante bisa tuh masuk PTN favorit. Dan tante masih sama pacar tante
yang di SMA sampe sekarang loh!” pamer
tante Mona bangga, seakan beliau
sedang menceritakan prestasi tersuksesnya.
“Oh, jadi Om Wisnu pacar tante dari SMA. So sweet banget, Tante.
“Iya dong, kamu
cepet-cepet deh cari cintamu. ”
“Masa sih, Tan? Hmm..., nggak ah. Pokoknya Maya udah
komitmen, nggak mau
pacaran sampe masuk PTN favorit. TITIK !” tegas Maya kepada tante Mona.
Sebelumnya Maya memang
belum pernah jatuh cinta, meskipun banyak cowo di sekolah yang mendambakan
dirinya tapi dia masih cuek dan tak peduli, belum ada yang bisa menarik
hatinya. Maya pamit pulang agar bisa segera mandi sore, lembayung di langit yang
semakin tipis menemaninya berjalan.
***
Setelah
makan malam Maya bergegas menuju kamar dan menutup pintu. Mengambil laptopnya
dari meja belajar, membawanya ke kasur. Setelah laptopnya ‘ready
to use’, Maya menghubungkan dengan modem eksternalnya.
Membuka jendela baru menuju Facebook.
Ada message baru di inbox facebooknya,
dari akun yang tadi siang menarik perhatiannya.
“Maya
Juliana, gua Raga. Salam kenal ya J”
“Iya
salam kenal. Raga mana ya?”
“Raga
Yudha Pratama, Pelita Bangsa Vocational High School, Jurusan Perhotelan, kelas
sebelas.”
“Gua
baru denger, dimana tuh?”
“Jakarta
Timur”
“Oh
deket rumah? Gua Maya, SMA Al-Ihsan, Jakarta Selatan, rumah gue di Kebayoran
Baru.”
“Nomer handphone?”
“081307071995”
“Nomer yang cantik”
Tak
lama setelah menekan tombol enter dipesan terakhirnya handphone Maya berdering.
Telepon dari nomer yang tidak dikenal. 0838xxxxxxxx. Maya bergegas
mengangkatnya, hampir tidak pernah ada yang meneleponnya selain Dini, Kharisna,
dan pastinya Mama.
Apalagi jam malam seperti Ini.
“Haloo,
selamat malam, Maya disini”
“Gua
Raga, save nomer gua, good night”
Tutt tuttt tutttt…
Sambungan teleponnya
langsung diputus, suaranya berat, indah, tapi menyebalkan bagi Maya. Sesingkat
itukah caranya menyapa? Benar-benar hari yang tak biasa buat Maya.
***
Waktu terus berjalan. Maya girang bukan main, sejak TK
belum ada pria yang menarik hatinya. Kehadiran
Raga yang tak terduga membuat Maya sibuk dengan sms atau telepon selama satu
bulan terakhir. Kini, Handphone Maya tak lagi sepi. Dinding
facebook yang biasa terisi kesepian berubah menjadi kasmaran. Raga telah membawa
perubahan bagi hari-harinya.
“Sebelum ini aku tak
pernah merasakannya, merasakan yang sering mereka katakan. Mungkin aku jatuh
cinta” ucap Maya dalam hati.
Inilah yang ia rasakan saat ini, jatuh
cinta. Benarkah cinta? Atau semua hanyalah ketertarikan sesaat yang begitu
cepat ia artikan sebagai cinta?