Waktu terus berlalu, meninggalkanku bersama
pengabaianmu yang menjadi candu, mungkin. Pesan-pesan bodoh yang berkali-kali
kau abaikan belum juga mau berhenti. Terus saja berdatangan tanpa tahu diri,
aku benar-benar bodoh.
“Lagi apa? Temenin aku ngobrol..”
“Lagi dimana? Aku kangen.”
“ Udah makan? Jaga kesehatan.”
“Udah pulang? Hati-hati dijalan.”
“Masih bangun? Jangan tidur terlalu larut.“
“Udah bangun? Jangan sampe telat kuliah.”
Semacam
itu, dan masih ada yang lain. Entah mengapa rasanya bosan seolah enggan
menjeratku, meski kadang terasa sesak dan ingin berteriak. Aku sadar, aku bukan
siapa-siapa.
Aku rindu, tapi tak mengerti bagaimana
menyatakannya. Sejak merasakan kehangatan pelukmu, kupikir aku berarti sesuatu
bagimu. Pelukan itu berarti segalanya untukku, meski bagimu tak berarti
apa-apa. Saat dipelukmu kuharap waktu berhenti melaju, agar aku bisa meresapi
detil-detil molekul berdua, bersamamu.
Sejak pelukan itu, aroma tubuhmu menjalar ke
saraf-saraf terkecil di otakku. Merusak
kewarasan dan kini memaksa perasaanku untuk terus bekerja. Wangi angin yang
melintas pun seloah menjadi tombol untuk menghadirkan bayang-bayang wajahmu.
Sejak pelukan itu, setiap malam wajahku merona
diterang bulan, mengingatmu, merindukan pelukmu diam-diam. Sejak pelukan itu setiap
malam aku bercerita pada Tuhan, tentang kamu, tentang perasaanku yang
diam-diam.
Aku tak ingin tahu kapan aku terjaga. Jika
dipelukmu adalah mimpi, kumohon jangan pernah sadarkan aku. Tatap matamu saat
itu membuatku ingin memiliki, meski kutahu memiliki adalah sakit, memiliki
adalah kehilangan.
Aku tak bisa mengatakan “Aku sayang kamu.”
Bagiku, apa yang tidak kau dengar, apa yang tidak kau lihat, masih bisa kau
rasakan.Karena ini perasaan, bukan permainan. Jika ditimbang-timbang kata
sayang memang boleh ditahan, tapi rasa sayang… maaf, aku tak bisa menahannya.
Aku merasa beruntung, Tuhan bersedia
menghadirkanmu dihidupku. Meski nyatanya aku tak berarti apa-apa bagimu, meski
nyatanya tangan kita takkan lagi saling menguatkan. Aku beruntung, mengenalmu,
lebih beruntung dari mereka yang tak pernah tahu sedikitpun tentangmu.
Sejak pelukan itu kau menjadi seseorang yang
mampu mengeluarkan sisi terbaikku. Semua detil tentangmu terekam jelas
dikepalaku, senyummu, rambutmu, dan yang terindah adalah tatap matamu. Biarkan
hidupku menjadi milik yang lain, dan biarkan hatiku tetap jadi milikmu.
Aku sayang kamu, aku tahu itu bodoh, dan aku
tahu kau tak peduli. Menyayangimu tidak berdosa bukan? Jadi, tinggalkan saja
aku disini, dipengabaianmu.
Sejak pelukan itu, biarkan aku menikmati
kebodohanku. Menanti-nanti pelukan itu datang lagi, dalam mimpi. Dan kumohon,
jangan pergi lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar