Budayakan apresiasi karya, Budayakan hargai hak cipta, Kalau mau gaya Jangan bajak karya saya. Selalu cantumkan nama penulis asli dan sumber dalam Copy - Paste anda :)

Minggu, 10 Maret 2013

Sejak Pelukan Itu


Waktu terus berlalu, meninggalkanku bersama pengabaianmu yang menjadi candu, mungkin. Pesan-pesan bodoh yang berkali-kali kau abaikan belum juga mau berhenti. Terus saja berdatangan tanpa tahu diri, aku benar-benar bodoh.

“Lagi apa? Temenin aku ngobrol..”
“Lagi dimana? Aku kangen.
“ Udah makan? Jaga kesehatan.
“Udah pulang? Hati-hati dijalan.” 
“Masih bangun? Jangan tidur terlalu larut.
“Udah bangun? Jangan sampe telat kuliah.
 Semacam itu, dan masih ada yang lain. Entah mengapa rasanya bosan seolah enggan menjeratku, meski kadang terasa sesak dan ingin berteriak. Aku sadar, aku bukan siapa-siapa.

Aku rindu, tapi tak mengerti bagaimana menyatakannya. Sejak merasakan kehangatan pelukmu, kupikir aku berarti sesuatu bagimu. Pelukan itu berarti segalanya untukku, meski bagimu tak berarti apa-apa. Saat dipelukmu kuharap waktu berhenti melaju, agar aku bisa meresapi detil-detil molekul berdua, bersamamu.

Sejak pelukan itu, aroma tubuhmu menjalar ke saraf-saraf terkecil di otakku.  Merusak kewarasan dan kini memaksa perasaanku untuk terus bekerja. Wangi angin yang melintas pun seloah menjadi tombol untuk menghadirkan bayang-bayang wajahmu.

Sejak pelukan itu, setiap malam wajahku merona diterang bulan, mengingatmu, merindukan pelukmu diam-diam. Sejak pelukan itu setiap malam aku bercerita pada Tuhan, tentang kamu, tentang perasaanku yang diam-diam.

Aku tak ingin tahu kapan aku terjaga. Jika dipelukmu adalah mimpi, kumohon jangan pernah sadarkan aku. Tatap matamu saat itu membuatku ingin memiliki, meski kutahu memiliki adalah sakit, memiliki adalah kehilangan.

Aku tak bisa mengatakan “Aku sayang kamu.” Bagiku, apa yang tidak kau dengar, apa yang tidak kau lihat, masih bisa kau rasakan.Karena ini perasaan, bukan permainan. Jika ditimbang-timbang kata sayang memang boleh ditahan, tapi rasa sayang… maaf, aku tak bisa menahannya.

Aku merasa beruntung, Tuhan bersedia menghadirkanmu dihidupku. Meski nyatanya aku tak berarti apa-apa bagimu, meski nyatanya tangan kita takkan lagi saling menguatkan. Aku beruntung, mengenalmu, lebih beruntung dari mereka yang tak pernah tahu sedikitpun tentangmu.

Sejak pelukan itu kau menjadi seseorang yang mampu mengeluarkan sisi terbaikku. Semua detil tentangmu terekam jelas dikepalaku, senyummu, rambutmu, dan yang terindah adalah tatap matamu. Biarkan hidupku menjadi milik yang lain, dan biarkan hatiku tetap jadi milikmu.

Aku sayang kamu, aku tahu itu bodoh, dan aku tahu kau tak peduli. Menyayangimu tidak berdosa bukan? Jadi, tinggalkan saja aku disini, dipengabaianmu.

Sejak pelukan itu, biarkan aku menikmati kebodohanku. Menanti-nanti pelukan itu datang lagi, dalam mimpi. Dan kumohon, jangan pergi lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar