Adakah kamu inginkan Bulan? Rasanya… sekalipun tidak.
Segala titik yang menghampar di karpet galaksi Bima Sakti coba mencari jawab.
Mengapa si Bulan selalu rindukan kamu? Bukankah kedekatan Bulan dan kamu hanya
kesemuan belaka? Kedekatan yang tak pernah benar-benar berarti. Kedekatan yang
dikehendaki oleh si Bulan, seorang. Sementara kamu terus acuh, terus mengorbit
untuk sang Raja Hari. Bulan pun tahu kamu tak kuasa menolak ayat-ayat takdirmu.
Sekali lagi, benarkah kamu tak inginkan si Bulan? Biar debu-debu langit
bertanya dan biarkan bulan menghadapinya sebagai rahasia semesta.
Si Bulan menanti-nanti
gerhana matahari. Menunggu-nunggu waktunya untuk bisa kembali berada di antara
kamu dan si Raja Hari. Dia ingin kembali menghangatkan dinginnya jemari kecilmu.
Menyelipkan jemarinya untuk memeluk jemarimu yang hampir membeku. Si Bulan tahu
pasti itu hanya sementara. Si Bulan tahu pasti itu hanya satu fase kecil di
semesta. Ini bukan kumpulan sajak fakta, ini sajak tentang realita.
Sajak ini tempat koma
menjeda. Sajak ini tempat tanya menganga. Sajak ini sajak yang dipastikan
takdir untuk ada. Si Bulan tak pernah benar-benar tak ada meski tak pernah jua
benar-benar ada. Si Bulan terlalu takut untuk tidak
meredup, pantulan sinar Mega tak lagi cerah di matanya. Mega membunuh malam
untuk meniadakannya, Mega yang kemudian hilang di jingganya senja. Mencintai
bukan tentang pencapaian, mencintai bukan tentang kesepakatan. Mencintai akan
berbicara tentang kesediaan. Kesediaan yang dijamin oleh
harapan dan keyakinan.
Si Bulan terus
mengintip dari langit yang mengabu. Mendengarkan inti suaramu yang begitu
berpusat kepada Mega. Adakah kamu mampu untuk merasakannya? Satelit yang
menjadikan kamu sebagai pusatnya. Satelit yang utuh sebagai apa yang kamu
punya. Karena kamu hidupnya ada, untuk kamu dia dicipta. Meski lirih terasa, partikel
angkasa mana yang mampu mematahkan belenggu takdir semesta? Adakah?
Setitik partikel
kehidupan mana yang tega padamkan cahaya matamu? Apapun, siapapun dia,
ingatlah semesta akan terus bekerja untuk seisinya! Tak ada yang tak digariskan
orbit dalam ayat-ayat takdir semesta.
Semua akan bekerja dengan cara yang tak selalu dapat diduga. Letihlah! Demi
mampu berporos kembali, Bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar